Friday, February 25, 2011

Anthrax


Anthrax adalah penyakit menular akut disebabkan oleh Bacillus anthracis yang dapat menyerang hewan dan manusia (Zoonosis) dan sulit diberantas karena merupakan Soil Borned Disease -penyakit dari tanah. Bakteri ini berbentuk spora bertangkai dan suka hidup serta berkembang biak di  dalam tanah. Spora Bacillus Anthrax tahan pada suhu panas di atas 43 derajat Celcius. Apabila lingkungan memungkinkan, yaitu panas dan lembab maka spora dapat menjadi bentuk bakteri biasa (vegetatif) yang mampu berkembang biak (membelah diri) dengan sangat cepat. Itulah sebabnya, penyakit ini cenderung berjangkit pada musim kemarau. Keluarnya bakteri tersebut sering  terjadi di musim kemarau panjang, karena ternak suka menarik rerumputan kering hingga keakar-akarnya. Akibatnya spora anthrax yang selama ini bertahan hidup dalam tanah dan menempel di rumput, terbawa keluar dan berubah menjadi bakteri ganas. Kondisi tubuh ternak yang lemah akibat kekurangan makanan dan stres oleh suhu udara yang panas, juga semakin memudahkan serangan anthrax.
Sumber infeksi lainnya adalah bangkai ternak pengindap anthrax. Miliaran B anthracis memadati darah (septisemia), organ-organ visceral . Seluruh tubuh bangkai, termasuk benda yang keluar dari bangkai, mengandung bakteri penyebab anthrax. Dalam 1 mililiter darah setidaknya mengandung 1 miliar B anthracis. Bila B anthracis aktif bersinggungan dengan Oksigen, segera mengubah diri dalam bentuk spora yang memiliki daya tahan hidup lebih tinggi. Dalam bentuk spora ini, kuman penyebab anthrax dapat bertahan hidup sampai 70 tahun di dalam tanah. Oleh sebab itu penyakit anthrak sering di sebut sebagai reemerging deseases. Spora-spora tersebut dapat diterbangkan angin, atau dihanyutkan aliran air kemudian mencemari apa saja (air, pakan, rumput, peralatan, kendaraan, hewan dan sebagainya). Spora B anthracis yang menempel pada pakan atau air minum dan benda lainnya, bila termakan atau terhirup pernafasan atau menempel pada kulit yang luka akan berubah menjadi bentuk aktif dan masuk ke dalam jaringan serta berkembang biak.
Penularan pada manusia bisa lewat kontak langsung spora yang ada di tanah, tanaman, maupun bahan dari hewan sakit (kulit, daging, tulang atau darah). Mengonsumsi produk hewan yang kena anthrax atau melalui udara yang mengandung spora, misalnya, pada pekerja di pabrik wool atau kulit binatang. Karenanya ada empat tipe anthrax, yaitu anthrax kulit, pencernaan/anthrax usus, pernapasan/anthrax paru dan anthrax otak. Anthrax otak terjadi jika bakteri terbawa darah masuk ke otak.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Emerging dan Reemerging Diseases
1.      Pertumbuhan dan perkembangan penduduk dunia yang tidak dapat di prediksi
2.      Meningkatnya impor-ekspor berbagai jenis produk makanan dan hewan antar negara.
3.      Perubahan dan perkembangan pada proses pengolahan bahan makanan serta pendistribusiannya keseluruh pelosok dunia.
4.      Perubahan atau perkembangan dari kebiasaan hidup manusia (Human behaviour).
5.      Perubahan lingkungan yang dilakukan manusia menyebabkan perubahan habitat dari makhluk hidup lain, termasuk hewan sebagai vektor penyakit dan mikroorganisme sebagai penyebab penyakit
Manajemen Emerging dan Reemerging Diseases :7
Manajemen terpadu dibutuhkan untuk penanganan penyakit infeksi menular, termasuk Emerging dan Reemerging Diseases disetiap negara. Pada prinsipnya manajemen mencakup :
1. Survaillance :
Diperlukan survey kesehatan, tidak saja kesehatan masyarakat, tetapi juga kesehatan hewan, terutama hewan ternak yang lazim dikonsumsi masyarakat dan hewan piaraan yang dapat menularkan penyakit zoonosis. Dengan surveillance yang baik akan dapat menemukan kasus dini penyakit infeksi menular, sehingga penangannya dapat dilakukan dengan lebih mudah dan murah. Untuk ini mutlak dibutuhkan sarana Laboratorium diagnostik yang menunjang. Selanjutnya, terhadap kasus-kasus yang ditemukan dilakukan pengobatan yang tepat dan cepat dengan obat-obatan yang tersedia dengan baik dan cukup. Selanjutnya dilakukan pengamatan lingkungan dan behavior untuk melakukan tindakan kontrol dan pencegahan.
2. Research :
Dalam pelaksanaan program penanggulangan penyakit infeksi di masyarakat, peranan penelitian/research sangat penting artinya dalam mencari tahu setiap akar permasalahan yang dihadapai serta mencari solusi penyelesaiannya. Penelitian terhadap masyarakat tidak terbatas hanya pada penelitian bidang kesehatan, seperti aspek klinis, diagnostik, pengobatan, vaksin, ataupun biomedik, tetapi juga penting dilakukan penelitian aspek Antropologi, budaya, sosial, lingkungan, dan behaviour, yang kesemuanya ini mempunyai peranan dalam memahami epidemiologi penyakit menular. Dari hasil penelitian ini nantinya dapat disusun langkah-langkah upaya pencegahan dan perencanaan tindakan selanjutnya.
3. Case Management :
Mencakup diagnosa akurat dan pengobatan yang adekwat. Disini penting ketrampilan klinis dari petugas kesehatan yang menangani langsung kasus penyakit infeksi dan ketersediaan fasilitas penanganan kasus, terutama untuk kasus-kasus infeksi berat dengan komplikasi. Juga diperlukan sistim rujukan yang mudah dan segera. Dengan Case Management yang baik, akan menurunkan angka morbiditas dan mortalitas.
4. Man Power :
Mencakup kualitas dan kuantitas dari sumber daya manusia serta pembinaan displin. Dibutuhkan tenaga trampil dibidangnya yang mempunyai kemampuan dan kemauan dalam mensukseskan program penanggulangan penyakit infeksi di masyarakat. Untuk itu, diperlukan pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan terhadap personil yang bekerja di bidang penyakit infeksi. Dibutuhkan pengkaderan tenaga ahli secara kontinu, dengan mengirim personil yang terlibat di bidang penyakit tropik dan infeksi untuk belajar di sentra- sentra yang lebih maju, baik di dalam negeri maupun luar negeri.
5. Prevention & Control :
Ini dilaksanakan berdasarkan hasil surveillance dan research yang dilakukan. Kegiatan dilakukan secara sistematis dengan kebijaksanaan dan strategi yang baik dengan memanfaatkan teknologi baru yang tersedia. Dalam upaya Prevention & Control ini dilibatkan peran serta masyarakat serta perluasan informasi dan penyuluhan kesehatan serta promosi kesehatan melalui berbagai jenis mass media.

No comments:

Post a Comment