Friday, October 14, 2011

JENIS PENYAKIT PADA IKAN (Penyakit Protozoa)


1. Cryptocaryonosis
Penyakit ini sering ditemukan pada ikan kerapu bebek dan macan, dengan tanda ikan yang tersering terlihat bercak putih. Stadia parasit yang menginfeksi ikan dan menimbulkan penyakit adalah disebut trophont berbentuk seperti kantong atau genta (Gambar 3) berukuran antara 0.3-0.5 mm, dan dilengkapi dengan silia.
Tanda klinis ikan yang terserang adalah ikan seperti ada gangguan pernafasan, bercak putih pada kulit,

JENIS PENYAKIT PADA IKAN (penyakit bakterial)



Kasus penyakit yang paling banyak pada ikan bersirip (finfish) dijumpai pada budidaya ikan kerapu. Sedangkan kasus penyakit pada ikan bandeng selama ini jarang ditemukan.
1. Penyakit bacterial
Jenis penyakit bakterial yang ditemukan pada ikan kerapu, diantaranya adalah penyakit borok pangkal strip ekor (Gambar 1), dan penyakit mulut merah. Hasil isolasi dan identifikasi bakteri ditemukan beberapa jenis bakteri yang diduga berkaitan erat dengan kasus penyakit bakterial, yaitu Vibrio alginolyticus, V algosus, V anguillarum dan V fuscus. Diantara jenis bakteri tersebut bakteri V alginolyticus dan V fuscus merupakan jenis yang sangat patogen pada ikan kerapu tikus.

Kualitas daging


Kualitas karkas dan daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan setelah pemotongan. Faktor sebelum pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas daging antara lain genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur, pakan termasuk bahan aditif (hormon, antibiotik atau mineral), dan stress. Faktor setelah pemotongan yang mempengaruhi kualitas daging antara lain meliputi metode pelayuan, stimulasi listrik, metode pemasakan, pH karkas dan daging, bahan tambahan termasuk enzim pengempuk daging, hormon dan antibiotik, lemak intramuskuler atau marbling, metode penyimpanan dan preservasi, macam otot daging dan lokasi pada suatu otot daging (Arka, 1994).

PRINSIP PENGOBATAN



Pada Pemeriksaan awal, kebutuhan yang bersifat segera untuk tindakan yang berkenaan dengan nyawa.  Diluar itu, untuk pengobatan keracunan mencakup 3 prinsip dasar
1.      Pencegahan penyerapan lebih lanjut
2.      Perawatan gejala
3.      Pengobatan khusus

Defisiensi selenium (Se)

 
Tubuh hewan setiap harinya terkena oleh radikal bebas dan untuk menangkalnya dibutuhkan zat antioksidan sebagai pelindung sel dari kerusakan akibat proses oksidasi. Selenium seperti yang telah dijelaskan terlibat dalam aktivitas enzim seperti glutathione peroxidase (Gpx) dan thioredoxin reductase dan melindungi  biomolekul dari radikal bebas

Kafein dan Osteoporosis pada wanita


Kafein merupakan bahan yang bersifat stimulant, dimana kafein mampu menstimulasi kerja berbagai sel dalam system tubuh manusia. Kafein dapat merangsang atau menstimulasi sel-sel syaraf, sel otot dan sel pembuluh darah sehingga secara keseluruhan menghasilkan fenomena sadar atau bangun. Akibat reaksi stimulan atau perangsang sel dan system tubuh oleh kafein maka kafein dalam dosis yang cukup tinggi dapat menimbulkan keluhan akibat hal tersebut.
Kafein dapat merangsang pelepasan bahan-bahan yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar dalam tubuh. Kafein mempunyai efek terhadap kecepatan dan kekuatan kontraksi otot polos terutama pada usus dan saluran kemih, kafein juga mempengaruhi mood atau perasaan seseorang sehingga pada tahap tertentu menyebabkan depresi, gelisah, cepat marah, gugup, mudah mengantuk dan mudah capek.
Kafein juga mempunyai efek yang lain yaitu menghambat proliferasi sel-sel pembentuk tulang atau osteoblas. Adanya hambatan tersebut diduga dapat menyebabkan osteoporosis. Osteoporosis merupakan penyakit tulang sistemik yang dapat mengenai keseluruhan tulang. Efek dari konsumsi kafein terhadap tulang, melibatkan penghambatan aktivitas osteoblas secara langsung maupun tidak langsung. Keseimbangan mineral tulang diatur oleh aktivitas dari osteoblas. Pada tahap reabsorbsi tulang, peran utama osteoblas tidak hanya meretraksi untuk memaparkan mineral terhadap osteoklas dan preosteoklas, tetapi juga melepas faktor