Cacing Ancylostoma sp. Juga dikenal dengan cacing tambang. Cacing dewasa berukuran relatif kecil, berbentuk silinder, kaku, berwarna putih kelabu atau kemerahan tergantung banyaknya darah yang ada didalam saluran pencernaannya. Ujung anterior cacing melengkung kearah dorsal dan celah mulut mengarah ke antero dorsal. Capsul buccalisnya dalam dengan 1-3 pasang gigi pada tepinya dan lancet segitiga ” Trianguler ” atau gigi dorsal yang berada didalamnya.
Cacing jantan berukuran panjang 9-12 mm, mempunyai alat kelamin tunggal, dimana bursa cacing jantan mempunyai kerangka yang bentuknya sempurna dan sepasang spikulum sama besar yang panjangnya sekitar 0,9 mm, terdapat gubernakulum bermuara pada kloaka yang terletak pada bursa tersebut. Testis terdapat hanya satu, berbentuk seperti tubulus yang dimulai kira-kira disebelah anterior dari kelenjar air mani yang berjalan ke anterior sampai sebatas kelenjar cervicalis anterior, kemudian berbalik kebelakang membentuk saluran yang berkelok-kelok sampai dipertengahan tubuh cacingdan kemudian tubulus melebar membentuk vesicula seminalis. Saluran reproduksi ini kemudian dilanjutkan dengan duktus ejakulatorius. Ada sepasang spikula yang juga bermuara pada kloaka berfungsi untuk mengarahkan pancaran air mani kedalam saluran reproduksi cacing betina, sedangkan bursa kopulatrik berfungsi untuk memegang tubuh cacing betina pada saat kopulasi.
Cacing betina berukuran panjang 15-18 mm, alat kelaminnya berpasangan, dimana vulvanya terletak kira-kira di 1/3 posterior tubuhnya. Uterus dan ovarium cacing betina mempunyai bentuk yang berkelak-kelok dan dilanjutkan dengan oviduct. Sel telur yang dibuahi akan mengalami perkembangan dengan jalan pembelahan sel, selanjutnya akan dikeluarkan dari tubuh cacing setelah memiliki 2-8 selbersama tinja saat defikasi. Telur cacing berbentuk ovoid dengan ujung membulat atau tumpul, terbungkus dari dinding telur yang tipis dengan ukuran 56-75 X 34-47 mikron.
SIKLUS HIDUP
Cacing Ancylostoma sp. Mengeluarkan telur bersama feses saat defikasi, pada lingkungan yang mendukung (suhu 23 – 30 0C tanah berpasir dan basah, kelembaban tinggi).didalam telur akan terbentuk larva I. Setelah 12-36 jam, telur yang mengandung larva I akan segera menetas dan terbebaslah larva I yang mempunyai bentuk esofagus yang rhabditiform berukuran 275 mikron serta memanfaatkan sisa organik dan bakteri sebagai bahan makanan.
Larva I akan segera memasuki fase lethargi (istirahat) dan selanjutnya menyilih menjadi larva II yang esofagusnya sudah kelihatan lebih langsing, setelah 5-8 hari akan mengalami penyilihan lagi dan menjadi larva III (infektif) dengan esofagus filariform. Baik larva II dan larva III sumber makanan sama dengan Larva I.
Cara penularan cacing ini dengan larva infektif melalui :
1. Per –oral. Infeksi terjadi karena tertelannya larva III bersama makanan atau minuman. Setelah berada didalam saluran pencernaan, larva III akan segera memasuki kelenjar lambung atau krypta liberkun dan setelah 3 hari larva III akan mengalami penyilihan menjadi IV dan kembali bermigrasi ke lumen usus. Setelah beberapa hari larva IV akan mengalami penyilihan sekali lagi dan berkembang menjadi cacing muda.
2. Per-kutan (penetrasi kulit), larva infektif (L3) yang aktif akan menembus kulit atau mukosa rongga mulut, selanjutnya bersama aliran darah mencapai jantung dan selanjutnya masuk ke paru-paru. Di dalam paru-paru sebagian besar larva 3 akan tertahan kapiler paru-paru, selanjutnya menembus kapiler dan masuk ke dalam alveoli. setelah berada di alveoli larva 3 menyilih menjadi larva 4, selanjutnya bermigrasi ke bronchiolus, bronchus, trachea, pharing dan akhirnya karena batuk larva 4 tertelan dan sampai di usus halus. Di dalam usus halus mengalami ekdisis menjadi cacing muda. Cacing dewasa akan ditemukan setelah ±17 hari setelah infeksi.
3. Pre-natal. Pada hospes definif bunting infeksi terjadi karena larva 3 yang berada pada aliran darah dapat melehati placenta dan akhirnya menginfeksi foetus. Larva 3 akan mengalami fase istirahat didalam usus foetus sampai dilahirkan. Setelah anak lahir larva 3 baru melanjutkan perkembangannya menjadi cacing dewasa.
4. Laktogenik. Infeksi pada anak terjadi karena anak menyusu pada induknyadan larva yang berada di dalam kelenjar susuakan keluar bersama air susu. Perkembangan selanjutnya akan terjadi didalam usus anaknya.
Beberapa spesies cacing Ancylostoma yang menginfeksi anjing antara lain : A. caninum, A. braziliense dan A. ceylanicum. Adapun identifikasi cacing tambang dapat dilakukan berdasarkan perbedaan morfologi (ukuran cacing, susunan gigi (alat pemotong) pada kapsul bukalis dan panjang spikulum pada bursa cacing jantan ) dan ukuran telur cacing.
Ada beberapa spesies lain :
1. A. tubaeforme, predeleksi pada usus halus kucing.
2. A. duodenale, berparasit pada manusia.
No comments:
Post a Comment