Thursday, March 24, 2011

Metode Seleksi Pada Pejantan Domba Garut

Arti seleksi dalam pemuliaan hewan ternak adalah memilih ternak yang baik untuk digunakan sebagai bibit yang menghasilkan generasi yang akan datang. Dalam bidang peternakan, yang diseleksi adalah sifat-sifat terukur seperti kecepatan pertumbuhan, bobot lahir, produksi susu dan bobot sapih. Sifat-sifat ini memberikan manfaat secara ekonomi disamping harus mempunyai kemampuan mewarisi yang tinggi yang dapat ditentukan dari nilai heritabilitasnya.
Metode yang digunakan dalam melakukan sistem seleksi yaitu pengamatan dan pengukuran yang dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan secara individu dan populasi. dengan menggunakan sistem “Selection of The Best ”. Pengamatan dan pengukuran secara kualitatif dan kuantitatif tersebut antara lain :
a. Kualitatif
Kriteria pemilihan untuk domba Garut haruslah memiliki ciri khas yaitu kombinasi antara ekor ngabuntut bagong atau ngabuntut beurit (bentuk ekor domba yang berbentuk segitiga dengan timbunan lemak atau tanpa timbunan lemak pada pangkal ekor dan mengecil pada ujung ekor) dengan kuping yang rudimenter atau rumpung (< 4 cm) atau ngadaun hiris (4-8 cm). Kemunculan salah satu bentuk ekor yang tipis/lurus (ekor gabus) atau telinga yang rubak (> 8 cm) maka tidak dapat digolongkan kedalam domba Garut.
Selain ciri khas diatas, maka dalam melakukan pemilihan bibit ternak , juga harus memperhatikan beberapa hal lainnya yaitu: umur muda (12-18 bulan), sehat dan tidak cacat, muka lebar dan panjang, dada lebar dan dalam, tubuh besar dan panjang, punggung lurus dan rata, kaki lurus dan kuat, penampilan gagah dan aktif, nafsu kawinnya besar, temperamen/sifat keibuan (mengasuh anak) baik dan memiliki tanduk yang besar dan subur, tidak pernah mengalami gangguan reproduksi, sebaiknya berasal dari keturunan unggul, pertumbuhan baik dan cepat serta keturunan kembar, baik bapaknya maupun induknya serta berasal dari daerah yang bebas dari penyakit menular.

b. Kuantitatif
Cara pengamatan yang dilakukan secara kuantitatif dilakukan dengan pengukuran biometri tubuh, antara lain : (1) berat badan ; (2) panjang badan ; (3) tinggi pundak ; dan (4) lingkar dada.

A.  Metode Seleksi
Kriteria seleksi yang dilakukan dalam memilih bibit pejantan didasarkan atas prestasi performans dirinya sendiri, dengan menggunakan metode secara penyingkiran bebas ”Independence Culling Level” yaitu seleksi yang dilakukan atas dasar beberapa macam kreteria yang dilakukan satu persatu, parameter tersebut antara lain: (1)Berat Sapih (120 hari); (2)Berat Badan 1 tahun (365 hari); (3) Uji libido dan kualitas sperma (jantan).

B.  Tahapan-Tahapan Seleksi
Ada beberapa tahapan yang harus dijalankan dalam melakukan seleksi mulai dari anak sampai dewasa yang terdiri dari 3 tahap, antara lain:

1. Seleksi Tahap Ke-1
Seleksi anak  jantan pertama kali dilakukan pada saat di sapih, dimana standar umur sapih yaitu umur 4 bulan (120 hari). Sebelum dilakukan tahap seleksi yang pertama, maka berat lahir dari masing-masing individu harus terlebih dahulu ditimbang. Hal ini dilakukan sebagai data pendukung dalam melakukan seleksi tahap pertama (BS.120). Jika data berat lahir (BL) tidak diketahui, maka untuk memperkecil kesalahan, maka penimbangan anak harus tepat pada umur 120 hari, sehingga dengan demikian untuk anak tersebut akan mendapatkan BS.120 dari berat hidupnya.

2. Seleksi Tahap Ke-2
Performans setelah disapih merupakan indikator yang sangat penting, karena performans yang dicapai oleh ternak tersebut merupakan kemampuan dari individu ternak itu sendiri, karena adanya pengaruh induk sudah dianggap tidak ada lagi. Untuk mengetahui perkembangannya maka anak-anak tersebut akan dilakukan penimbangan setiap1-4 bulan sekali sejak umur 5-12 bulan.
Seleksi tahap kedua dilakukan pada saat umur 12 bulan atau 365 hari (BB.12), dimana sistem seleksi yang digunakan yaitu seleksi populasi dengan parameter utama yang diamati yaitu: Berat Badan dan parameter pendukung yang diamati yaitu: Panjang Badan, Lingkar Dada, Tinggi Pundak dan eksterior. Sedangkan tujuan penyelaksian pada tahap kedua ini yaitu untuk memilih calon bibit pejantan yang baik.

3. Seleksi Tahap Ke-3
Seleksi tahap ketiga dilakukan pada saat umur 18-24 bulan, dimana sistem seleksi yang digunakan yaitu seleksi individu dengan parameter yang diamati yaitu: uji libido dan uji kualitas sperma  . Pada uji libido yang diamati adalah waktu pertama mencumbu betina, frekuensi mencumbu, waktu dan frekuensi flehmen (mengangkat bibir dan kepala ke atas pada saat bertemu betina), waktu pertama kali menaiki betina, dan waktu ejakulat. Sedangkan pada uji kualitas sperma yang diuji adalah volume semen per ejakulat, keasaman, warna semen, konsistensi semen, gerakan massa spermatozoa, konsentrasi spermatozoa per milimeter, persentase motilitas spermatozoa, persentase spermatozoa hidup, dan persentase abnormalitas spermatozoa.

C.  Keuntungan
Keuntungan dari metode seleksi ini adalah :
-          Dapat mengidentifikasi induk-induk yang baik
-          Dapat memilih calon bibit pejantan yang baik.
-          Tidak membutuhkan tenaga yang  terlalu besar
-          Biaya yang diperlukan  murah
-          Seleksi dapat dilakukan terhadap beberapa sifat pada waktu bersamaan.

D.  Kerugian
Walaupun banyak keuntungan dari system metode seleksi ini, tetapi masih menimbulkan beberapa kerugian. Kerugian yang terjadi antara lain :
- Standar tinggi banyak terculling
- ternak hasil seleksi yang memiliki berat lahir rendah

No comments:

Post a Comment