2.1 Definisi Histoplasmosis
Histoplasmosis adalah suatu penyakit infeksi zoonosis yang disebabkan oleh jamur Histoplasma capsulatum, yang terutama menyerang paru-paru tetapi kadang-kadang bisa menyebar ke bagian tubuh yang lain. Penyakit ini merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh infeksi oportunistik (IO). Umumnya menyerang orang yang positif HIV, khususnya dalam bentuk histoplasmosis yang menyebar ke seluruh tubuh.
Fungi ini termasuk fungi dimorfik. Fungi dimorfik adalah fungi yang dapat memiliki dua bentuk, yaitu kapang dan yeast. Fungi ini termasuk kedalam Ascomycota parasit yang dapat menghasilkan spora askus (spora hasil reproduksi seksual). Jamur ini berkembang biak secara seksual dengan hifa yang bercabang-cabang ada yang berkembang menjadi askogonium (alat reproduksi betina) dan anteridium (alat reproduksi jantan), dari askegonium akan tumbuh saluran untuk menghubungkan keduanya yang disebut saluran trikogin. Dari saluran inilah inti sel dari anteridium berpindah ke askogonium dan berpasangan. Kemudian masuk ke askogonium dan membelah secara mitosis sambil terus tumbuh cabang yang dibungkus oleh miselium dimana terdapat 2 inti pada ujung-ujung hifa. Dua inti itu akan membelah secara meiosis membentuk 8 spora dan disebut spora askus yang akan menyebar, jika jatuh di tempat yang sesuai maka akan tumbuh menjadi benang hifa yang baru, demikian seterusnya.
2.3 Epidemiologi Histoplasmosis
Infeksi dari Histoplasma adalah eksogenus, biasanya melalui inhalasi (lewat udara). Tetapi, jarang ditemukan lewat ingesti (saluran pencernaan) dan lesi. Secara klinis histoplasmosis adalah penyakit yang berhubungan dengan sistem retikuloendothelial. Infeksi primernya ada di saluran pernapasan. Kasus penyakit dilaporkan pernah terjadi pada anjing, sapi, primata, kucing, kuda, domba, babi, manusia, dan hewan-hewan liar.
Penyebaran jamur ini terjadi pada kotoran burung, kelelawar, dan di dalam kandungan unggas serta dalam gua-gua. Selain itu terdapat di dalam tanah juga, umumnya pada daerah Timur dan Barat-tengah Amerika Serikat. Masa inkubasi 7-14 hari dengan gejala klinis pada kejadian akut berupa menggigil, demam, kelelahan, dada nyeri dan batuk non-produktif. Pada kejadian kronis menunjukkan adanya batuk produktif, dahak mukopurulen, berat badan meneurun, dispnea, hepato-splenomegaly.
2.4 Patologi dan gejala klinis histoplasmosis
Jamur ini dapat berkembang biak dengan tumbuh dalam aliran darah dengan system kekebalan tubuh yang rusak, umumnya dengan jumlah CD4 di bawah 100. maka infeksi akan berkembang dan menyebar ke paru-paru, kulit dan mungkin juga pada bagian tubuh yang lain.
Menurut gejala-gejala di atas,Hitoplasmosis dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) macam:
1. Hitoplasmosis akut
Gejala jenis ini jarang bersifat fatal, dimana gejala yang terjadi adalah sakit demam dan batuk. Biasanya timbul selama 3-21 hari setelah menghisap spora dari jamur tersebut. Kemudian jika tidak diobati akan menghilang selama 2 minggu, namun kadang bisa menetap sampai 6 minggu.
2. Hitoplasmosis diseminata progesif
Gejalanya hati,limpa, dan kelenjar getah bening membesar. Kadang juga akan menyebabkan ulkus (luka terbuka) di mulut dan saluran pencernaan. Ada juga yang mengalami gangguan kelenjar adrenal yang menimbulkan penyakit Addison. Biasanya terjadi pada anak-anak dan penderita gangguan system kekebalan.
3. Hitoplasmosis kavitasi kronis
Gejalanya penurunan berat badan, malaise (merasa tidak enak badan) dan demam ringan. Gejala ini juga merupakan infeksi paru yang bertahap dan menyebabkan batuk dan sesak nafas, tetapi akan pulih dalam 2-6 bulan. Sebaliknya dapat juga bertambah parah dengan gangguan pernapasan yang bertambah buruk dan batuk darah, akhirnya dapat berujung pada kematian.
2.5 Diagnosis histoplasmosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil analisa biakan dari dahak, kelenjar getah bening, sumsum tulang, hati, ulkus di mulut, air kemih atau darah.
2.6 Treatment histoplasmosis
Penderita infeksi Histoplasmosis dapat diobati dengan 2 cara yaitu dengan induksi: terapi awal untuk infeksi akut dan pemeliharaan: terapi terus menerus untuk mencegah kambuh. Histoplasmosis biasanya harus diobat pada awal dengan obat yang cukup manjur, amfoterisin B, yang juga menimbulkan efek samping yang parah. Setelah pengobatan awal, terapi harus diteruskan seumur hidup dengan itrakonazol, atau sehingga sistem kekebalan tubuh menjadi pulih.
2.7 Tindakan preventive histoplasmosis
1. Bukan hal yang praktis untuk melakukan tes atau dekontaminasi semua area yang diketahui atau yang dimungkinkan terkontaminasi dengan jamur histoplasmosis, tetapi langkah-langkah yang dapat menurunkan resiko:
2. Menghindari area dimana jamur dapat tumbuh, terutama area dengan akumulasi kotoran burung dan kelelawar. Jamur sering tumbuh disekitar kandang ayam yang tua, di gua dan area lain dimana tinggal kelelawar, dan sekitar tempat betenggernya burung jalak dan burung hitam.
3. Hindari gangguan terhadap akumulasi kotoran kelelawar atau burung, dan minimalkan pembongkaran debu yang terdapat pada areal potensial terkontaminasi. Sebelum mengaduk-aduk tanah, semprotkan dengan air.
4. Saat bekerja di area yang beresiko tinggi, pergunakan pakaian sekali pakai dan masker debu yang melindungi hidung dan mulut.
No comments:
Post a Comment