Friday, February 25, 2011

HISTOFISIOLOGI TIROID

 

 
            Kelenjar tiroid dibalut oleh kapsula tipis yang terdiri dari jaringan ikat pekat tidak teratur. Trabekula tipis menjulur dari kapsula ke dalam parenkim. Pada ruminansia besar dan babi, kapsula dan trabekula tebal. Serabut kolagen trabekula berlanjut dalam jaringan interstitial yang longgar dan sedikit.
            Kelenjar tiroid terdiri banyak folikel, berdiameter 20 sampai µm, lazimnya berisi koloid dan dibalut oleh sel-se folikel. Dalam berbagai kondisi fisiologik, sel-sel epitel selapis tipis memiliki bentuk trabekula. Bila sedang istirahat, berbentuk kubus rendah atau hampir pipih selapis, koloid tampak pekat dan mengambil warna seragam. Bila dirangsang, bentuk sel menjadi kubus atau silinder dan koloid mengambil tidak rata, bahkan sering mengandung vakuola
Bila koloid diencerkan, koloid folikel mengambil warna cerah dengan azokarmin dan berwarna biru dengan biru anilin, bersifat PAS positif, sebab isinya adalah glikoprotein (tiroglobulin). Folikel dikelilingi oleh membrane basal, sedikit jaringan ikat tetapi jalinan kapiler darah dan limfe pekat yang berperan dalam transport hormon.
            Bentuk inti sel folikel bervariasi dengan aktivitas sel-sel tersebut dan lazimnya terletak basal. Mitokondria, rRER, ribosom, dan polisom tersebar di seluruh sitoplasma. Apparatus Golgi terletak antara inti dan mikrovili permukaan sel. Sitoplasma daerah apeks mengandung dua bentuk gelembung, yaitu gelembung apeks, berasal dari apparatus golgi dan mengandung tiroglobulin yang disekresikan dengan cara eksositosis ke dalam lumen folikel, dan butir koloid besar terbungkus selaput. Butir tersebut berasal dari kaki semu yang lepas dan terjadi pada permukaan lumen dan melalui pemunculannya bersama lisosom, membentuk fagolisosom di mana tiroglobulin dipecah.
            Sel parafolikel atau sel C berkembang dari bingkai neural dan mencapai kelenjar tiroid selama perkembangannya melalui badan ultimobrankialis. Lazimnya terdapat secara tunggal dalam membrane basal folikel, tetapi dapat juga membentuk kelompok di tempat yang sama atau di luar folikel, terutama pada anjing. Sel-sel tersebut merupakan sumber kalsitonin (tirokalsitonin) dan ditandai dengan sitoplasma cerah, sedikit ER, banyak apparatus Golgi, mitokondria, dan terutama gelembung selaput.
Histofisiologi
            Langkah pertama dalam biosintesis hormon tiroid adalah pembentukan tiroglobulin dalam kompleks rER-apparatus Golgi dan mensekresikannya melalui gelembung apical ke dalam lumen folikel. Melalui langkah sintesis yang sama dan melalui rute yang sama, tiroperoksidase disintesis, dikemas dan dilepas ke dalam lumen folikel, di mana ia bertanggungjawab untuk iodinasi tiroglobulin, misalnya pertautan yodium pada radikal tirosil dari tiroglobulin. Selama sekresi tahap kedua, tiroglobulin yang tersimpan dalam lumen diambil kembali oleh sel-sel folikel dan dipecah oleh enzim proteolitik dalam fagolisosom, menghasilkan hormon aktif (tiroksin dan triiodotironin [T3]) yang didifusikan keluar dari dasar sel ke dalam ruang perivaskuler.
            Sintesis hormon dan pengambilannya diatur oleh hormon TSH dan terjadi secara simultan dalam folikel aktif, sehingga pelepasan hormon berlangsung secara kontinu.
            Aksi seluler hormon tiroid, fungsi fisiologik serta metabolic, seperti halnya dengan efek morfologik, sangat bervariasi serta banyak, sampai sulit disebut dalam konteks ini.
            Sel C menghasilkan tirokalsitonin, yang menurunkan kadar kalsium darah dengan menekan penyerapan tulang. Karenanya, efek tirokalsitonin berlawanan dengan paratormon.

No comments:

Post a Comment