1. Dengan Early Pregnancy Factor (EPF)
Diagnosa kebuntingan dini diperlukan setelah terjadinya perkawinan untuk identifikasi lebih awal sehingga kehilangan waktu produksi sebagai akibat infertilitas dapat dikurangi.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi Early Pregnancy Factor (EPF) dari serum kambing bunting 1-4 bulan dan menentukan tingkat keberhasilan diagnosa kebuntingan berdasarkan adanya EPF serum kambing.
Serum darah diambil dari vena jugularis dan serum dipisahkan untuk digunakan dalam identifikasi adanya EPF. Pemisahan protein dengan steroid yang ada pada serum darah dilakukan dengan penambahan methanol (1:5). Protein serum yang sudah bebas dari steroid diidentifikasi adanya EPF dengan menggunakan SDS-PAGE. Setelah ditemukan protein EPF pada pita SDS-PAGE yang disesuaikan dengan berat molekul dari protein marker maka dilanjutkan untuk memotong protein EPF dengan teknik elektroelusi. Hasil dari elektroelusi ditera kadar proteinnya dengan metode biuret. Peubah yang diamati adalah adanya EPF serum darah kambing bunting dan data yang diperoleh dianalisis dengan ANOVA dan dilanjutkan dengan uji BNT.
Pita-pita protein EPF serum darah kambing bunting yang muncul pada pemeriksaan dengan SDS-PAGE setelah dibandingkan dengan protein marker ada empat pita dengan BM antara 43-67 kDa. Rataan kadar protein EPF serum darah kambing bunting pada umur kebuntingan 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan masing-masing adalah 6128 µg/ml, 10208 µg/ml, 14916 µg/ml dan 10848 µg/ml.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa EPF dapat dideteksi pada kambing bunting pada umur kebuntingan 1-4 bulan.dengan kadar tertinggi pada umur kebuntingan 3 bulan.
2. Identifikasi Ikatan Fenol
Penelitian ini mengenai pengkapsulan bahan identifikasi ion fenol dalam urine sebagai alternatif metode deteksi kebuntingan ternak. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan suatu metode deteksi kebuntingan ternak yang akurat, efisien, dan apliktif.
Materi yang digunakan dalam identifikasa ini adalah larutan fech, larutan ammonium molybdat tetrahydrat, enam ekor kambing betina bunting dan tidak bunting, urine, harness atau kantung, dan kapsul. Komponen inovatif dalam penelitian ini, menurut mereka, adalah terciptanya suatu metode diagnosis kebuntingan yang mudah, cepat, tepat, dan murah sehingga dapat menginfisienkan penanganan terhadap ternak betina yang bunting dan melakukan perawatan yang ekstra ternak betina yang bunting tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan yang dapat digunakan dalam identifikasi ion fenol adalah ferri clorit dan ammonium molybdat tetrahidrat. Penambahan dua tetes larutan ferri clorit akan menghasilkan suspensi hitam dan cairan lembayung tua, sedangkan penambahan ammonium molybdat terrahidrat menghasilkan endapan hitam. Hasil ini diasumsikan sama dengan metode deteksi kebuntingan dengan menggunakan urine diman urine ternak bunting akan mengandung estradiol 17 B yang merupakan ion fenol dalam senyawanya.
Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa metode deteksi kebuntingan dengam menggunakan uji ikatan fenol pada extradiol yang terdapat dalam urine mencapai keberhasilan 100 persen dengan sampel empat ekor kambing betina dan dua ekor kambing betina yang tidak bunting. Selain itu, metode deteksi kebuntingan ini dapat dilaksanakan dengan mudah, cepat, tepat, dan murah. Dengan demikian, dapat mengefisienkan penanganan terhadap ternak betina yang bunting dan melakukan perawatan yang ekstra terhadap ternak betina yang bunting tersebut.
3. Eksplarasi Rektal Pada Ternak Besar
Eksplorasi rektal adalah metoda diagnosa kebuntingan yang dapat dilakukan pada ternak besar seperti kuda, kerbau dan sapi. Prosedurnya adalah palpasi uterus melalui dinding rektum untuk meraba pembesaran yang terjadi selama kebuntingan, fetus atau membran fetus. Teknik yang dapat digunakan pada tahap awal kebuntingan ini adalah akurat, dan hasilnya dapat langsung diketahui. Sempitnya rongga pelvic pada kambing, domba dan babi maka eksplorasi rektal untuk mengetahui isi uterus tidak dapat dilakukan. Palpasi transrectal pada uterus telah sejak lama dilakukan. Teknik yang dikenal cukup akurat dan cepat ini juga relative murah. Namun demikian dibutuhkan pengalaman dan training bagi petugas yang melakukannya, sehingga dapat tepat dalam mendiagnosa. Teknik ini baru dapat dilakukan pada usia kebuntingan di atas 30 hari.
No comments:
Post a Comment