2.1 Melamin
Melamin adalah basa organik dengan rumus kimia C3H6N6. Zat ini merupakan trimer dari cyanida. Bersama dengan formaldehyde melamin digunakan untuk memproduksi resin melamin, plastik yang sangat tahan panas, dan busa melamin, produk polimer pembersih. Melamin merupakan metabolit dari cyromazine, salah satu senyawa pestisida. Melamin mempunyai LD50 >3000 mg/kg berdasar data percobaan terhadap tikus. Melamin dapat membuat iritasi bila terhisap dan bila kontak dengan mata atau kulit. Melamin juga dapat mengakibatkan kerusakan pada reproduksi, kandung kemih, dan batu ginjal. Juga dapat menyebabkan kanker.
Melamin merupakan suatu polimer, yaitu hasil persenyawaan kimia (polimerisasi) antara monomer formaldehid dan fenol. Apabila kedua monomer itu bergabung, maka sifat toxic dari formaldehid akan hilang karena telah terlebur menjadi satu senyawa, yakni melamin.
2.2 Bahaya melamin bagi kesehatan hewan
Melamin merupakan senyawa polimer yang merupakan gabungan monomer formaldehide (formalin) dan fenol yang apabila komponen penyusun melamin tersebut dalam komposisi yang seimbang kelihatan aman tetapi harus diwaspadai seringkali dalam pembuatan melamin proses pencampurannya sering kali tak terkontrol. Apabila komposisi antara formaldehide dengan fenol tidak seimbang maka aka terjadi residu, yaitu monomer formaldehide atau fenol yang tidak bersenyawa sempurna. Sisa monomer formaldehide inilah yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Apabila formalin secara langsung tertelan, maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit menelan, mual, muntah dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan , sakit perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar hingga koma. Selain itu juga dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas, sistem susunan syaraf pusat dan ginjal. Secara toksikologi, mekanisme aksi toksik formalin bersifat ekstra sel karena terjadi secara tidak langsung yang artinya zat beracun ini pada awalnya beraksi di lingkungan luar sel sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan fungsional pada sel itu sendiri. Pada kadar toksikan yang berlebihan dapat mengakibatkan perubahan sturktural pada sel yang sifatnya tidak terbalikkan.
Formaldehid yang masuk ke dalam tubuh dapat mengganggu fungsi sel, bahkan dapat pula mengakibatkan kematian sel. Berdasarkan acuan kesehatan di Inggris, paparan maksimumnya 2 ppm atau 2 mg/l. Sedangkan Amerika Serikat (AS) menetapkan paparan maksimum untuk jangka panjang 1 ppm dan jangka pendek 2 ppm
* Pengaruh akut/segera pada mereka yang teracuni formalin adalah gejala iritasi dan alergi (mis: mata berair, kemerahan, mual, muntah, diare, kencing campur darah, rasa terbakar, gatal, pusing bahkan bisa tidak sadarkan diri).
* Pengaruh kronis dari keracunan formalin dapat mengakibatkan iritasi yang parah, kerusakan fungsi hati, ginjal, syaraf dan organ lainnya. Pada hewan coba formalin mempunyai efek karsinogenik (menyebabkan kanker/ keganasan), pada manusia diyakini akan menimbulkan efek serupa. Sebagai efek kronis, efek ini tidak tampak segera tapi baru muncul setelah terjadi akumulasi formalin karena konsumsi / terpapar cemaran formalin dalam jangka lama.
2.3 Mekainsme melamin dapat mengganggu kesehatan hewan
Melamin tidak mempunyai nilai gizi seperti protein, bahkan keberadaannya dalam tubuh dapat merusak organ tubuh. Melamin tidak dimetabolisme di dalam tubuh, secara cepat dikeluarkan dari dalam tubuh melalui urine, dengan waktu paruh sekitar 3 jam. Akan tetapi melamin dapat mengalami degradasi melalui hidrolisis menjadi analognya yaitu ammeline, ammelide dan asam sianurat. Melamin memang tidak dapat dimetabolisme oleh tubuh. Data keselamatan menyatakan, senyawa ini memiliki toksisitas akut rendah LD50 di tikus, yaitu 3.161 mg per kg berat badan. Pada studi dengan menggunakan hewan memang dikonfirmasi, asupan melamin murni yang tinggi mengakibatkan inflamasi kandung kemih dan pembentukan batu kandung kemih. ika dikonsumsi dalam jumlah kecil, antibodi tubuh bisa membuang racun tersebut melalui buang air besar maupun muntah. Namun, dalam jumlah sedang dan besar, kandungan racun tersebut bisa tertimbun pada organ liver, ginjal dan empedu. Konsumsi yang berkepanjangan akan mengakibatkan kegagalan kerja pada organ-organ tersebut hingga menyebabkan kematian.
Melamin dan asam sianurat dapat membentuk kompleks dengan ikatan hidrogen sangat kuat sehingga terbentuk kristal dengan kelarutan sangat rendah. Hipotesis karena sifat inilah maka menyebabkan terjadinya kristal melamin sianurat, kemudian terabsorpsi di saluran pencernaan dan mengendap di tubulus ginjal (batu ginjal), mengakibatkan kerusakan serta kegagalan ginjal.
No comments:
Post a Comment