Nama lain dari penyakit chiken anemia syndrome adalah Chicken Anemia Agent (CAA), Chicken Anemia Virus (CAV), Blue Wing Disease, Anemia Dermatitis Syndrome (ADS) merupakan penyakit yang sangat menular pada ayam, bersifat imunosupresif ditandai dengan meningkatnya mortalitas, atrofi organ hemopoietik dan jaringan limfoid lain serta perdarahan di bawah kulit dan otot. Penyakit ini juga sangat merugikan secara ekonomis karena terjadinya penurunan berat badan.
Etiologi
CAA disebabkan oleh Chicken Anemia Virus yang termasuk dalam grup Circovirus. Materi genetik virus adalah sirkuler tersusun atas DNA beruntai tunggal (ss-DNA) dengan 2300 pasang basa. Virus berukuran kecil dengan diameter 18-26,5 nm, tidak beramplop dan bentuknya ikosahedral. Virion mempunyai densitas di dalam cesium chloride (CsCl) bertingkat 1,33-1,36 g/ml.
Patogenesa
Pathogenesis CAA tidak diketahui dengan pasti, namun diketahui infeksi CAA didahului dengan masuknya virion ke dalam sel dengan cara absorpsi dan penetrasi. Selanjutnya virus bereplikasi di dalam inti sel yang dapat dideteksi dengan FAT setelah infeksi puncak. Perbanyakan virus di dalam sel MSB 1 adalah bervariasi tergantung intensitas pertumbuhan sel.
Epidemiologi
Distribusi Geografis
Chicken anemia syndrome pertama kali dilaporkan di Jepang tahun 1979. Sejak itu penyakit menyebar ke Negara-negara seperti Swedia, Jerman, Amerika Serikat dan Inggris. Secara serologis telah dibuktikan pula ayam-ayam komersial di Inggris, Irlandia Utara, Australia, beberapa Negara Eropa, Afrika dan Asia.
Jenis Unggas Terserang
Penyakit ini diketahui hanya menyerang ayam dan semua umur peka, tetapi kepekaan cepat menurun setelah berumur 2-3 minggu. Hal ini ada kaitannya dengan peranan imunitas humoral sebagai suatu peranan yang krusial. Ayam-ayam yang terinfeksi pada umur 28 hari atau 45 hari menghasilkan respon titer antibody yang cepat dengan titer tinggi dibandingkan dengan ayam yang terinfeksi pada umur 1 hari.
Cara Penularan
Penularan vertical dari induk ke anak adalah penularan yang paling penting. Penularan ini berlangsung selama 3-6 minggu. Sedangkan dari hasil infeksi percobaan terjadi 8-14 hari. Ayam-ayam budidaya terserang tidak menunjukkan gejala klinis yang jelas, hanya terjadi penurunan produksi telur, daya tetas atau fertilitas tetapi gejala klinis terjadi pada keturunannya.
Morbiditas dan Mortalitas
Kelompok ayam terserang CAA mempunyai tingkat morbiditas tinggi dan mortalitas mencapai 60 % terutama padda flok broiler, rata-rata 5-10 %. Mortalitas tinggi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu strain virus yang virulen, dosis dan cara infeksi, adanya infeksi pathogen seperti virus mareks, Gumboro dan bahan kimia yang imunosupresif seperti betamethasone atau siklosporin A.
Gejala Klinis
Masa inkubasi pada infeksi alami tidak diketahui dengan pasti. Pernah dicatat pada hari ke-12 kemudian meningkat setelah anak ayam berumur 3-4 minggu. Pada infeksi percobaan gejala klinis timbul setelah 10-14 hari dan kematian mulai terjadi setelah 12-14 hari. Secara percobaan menunjukkan bahwa anak ayam umur 1 hari tanpa antibody maternal diinfeksi dengan CAA melalui intra muskuler timbul gejala klinis dengan jumlah kematian tinggi, anemia hebat dan perdarahan di seluruh tubuh.
Diagnosa
Penyakit dapat didiagnosa berdasarkan epidemiologis, gejala klinis, patologis, isolasi dan identifikasi virus. Berbagai uji untuk mengidentifikasi virus yaitu uji netralisasi virus, ELISA menggunakan antibody monoklonal, uji Indirect immunoflourescence (IIF) dan Immunoperoxidase (IP) menggunakan antibody poliklonal, dan PCR.
Diagnosa Banding
Ada beberapa penyakit unggas yang gejalanya sangat mirip dengan Chicken Anemia Syndrome yaitu inclusion body hepatitis (IBH) yang juga menyebabkan anemia, penyakit Mareks dan Gumboro menyebabkan atrofi jaringan limfoid dengan lesi histologist tipikal, tetapi tidak menyebabkan anemia. Keracunan sulfonamide dosis tinggi atau mikotoksin seperti aflatoxin dapat menyebabkan anemia aplastik dan sindroma hemoragi.
Pencegahan dan Pemberantasan
Ayam yang sakit dipisahkan dengan yang sehat untuk mencegah penularan lebih lanjut. Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder.
Pencegahan dapat dilakukan dengan pelaksanaan vaksinasi pada breeder umur 18-18 minggu agar keturunannya memiliki antibodi maternal yang dapat melindunginya dari serangan CAS sampai umur 6 minggu. Vaksinasi dapat menggunakan vaksin inaktif dalam adjuvant atau vaksin aktif yang telah dilemahkan.
No comments:
Post a Comment