Friday, April 1, 2011

Sistem Urogenital


A.    Sistem Urogenital
Dipandang dari segi fisiologinya, sistem urogenital dapat dibagi dalam dua unsure yang sangat berbeda sifatnya, yaitu sistem urinarius dan sistem genetalia. Akan tetapi, dipandang dari sudut embryology dan anatominya, kedua sistem ini saling bertautan. 
B.     Sistem Urinarius
Pembentukan Unit Ekskresi
Pada permulaan minggu keempat, mesoderm intermedia di daerah servikal terputus hubungannya dengan somitdan membentuk kelompok-elompok sel yang tersusun secara segmental, yang dikenal sebagai nefrotom. Unit ekskresi primitive ini hanya meninggalkan sisa tubulus ekskretorius dan tidak berfungsi.
a.      Sistem Ginjal
Pada manusia terbentuk tiga sistem ginjal yang berbeda, agak saling tumpang tindih, dengan urutan dari cranial ke kaudal selama kehidupan dalam kandungan, yaitu pronefros, mesonefros, metanefros atau ginjal tetap. Yang pertama rudimenter dan tidak berfungsi; yang kedua mungkin berfungsi dalam waktu yang pendek dalam masa janin awal; yang ketiga membentuk ginjal tetap.
§  Pronefros, terbentuk di daerah servikal dan bersifat sementara.
§  Metanefros, terbentuk di daerah toraks dan lumbal, berukuran besar, dan ditandai oleh satuan-satuan ekskresi dan saluran pengumpulnya sendiri, yaitu duktus metanefros atau duktus wolff. Pada manusia, saluran ini hanya berfungsi dalam waktu singkat, tetapi sebagian besar sistem ini kemudian menghilang.
§  Mesonefros, berkembang dari dua sumber. Mesonefros membentuk saluran ekskresiatau nefronnya sendiri seperti sistem lainnya, tetapi sistem pengumpulnya berasal dari tunas ureter, yaitu suatu pertumbuhan keluar dari saluran mesonefros. Tunas ini menghasilkan ureter, piala ginjal, kalises, dan seluruh sistem saluran pengumpul.
Hubungan antara sistem saluran pengumpul dan saluran ekskresi penting untuk perkembangan normal. Pembangian awal tunas ureter bisa menghasilkan ginjal bifida atau ginjal lebih dengan ureter-ureter ektopiknya. Posisi ginjal yang abnormal, seperti ginjal pelvis dan ginjal tapal kuda.
b.      Posisi Ginjal
Ginjal yang semula terletak didaerah panggul, kemudian bergeser ke kedudukan lebih cranial di rongga perut. Naiknya ginjal ini disebabkan oleh kurangnya kelengkungan tubuh maupun pertumbuhan tubuh di daerah lumbal dan sakral. Di panggul, metanefros menerima aliran darah dari sebuah cabang panggul dari aorta.
c.       Fungsi Ginjal
Ginjal baru berfungsi pada akhir semester pertama. Air kemih mengalir ke rongga amnion dan bercampur dengan cairan amnion. Cairan ini ditelan oleh janin dan memasuki saluran pencernaan, untuk diserap ke dalam aliran darah dan berjalan melewati ginjal untuk kembali diekskresi ke dalam cairan amnion. Selama masa janin, ginjal tidak berfungsi untuk ekskresi bahan-bahan sisa, karena plasenta menjalankan fungsi ini.
d.      Kandung Kemih dan Uretra
Selama perkembangan Minggu ke-4 hingga ke-7, septum urorektal membagi kloaka menjadi saluran anorektal dan sinus urogenitaltis. Selaput kloaka sendiri kemudian terbagi menjadi membrana urogenitalis di anterior dan membrana analis di posterior.
Selama pembagian kloaka, bagian kaudal duktus mesonefros berangsur-angsur diserap kedalam dinding kandung kemih. Akibatnya, ureter yang tadinya merupakan tonjolan keluar dari saluran mesonefros, masuk ke kandung kemih secara tersendiri. Dalam perkembangan selanjutnya, lapisan mesoderm pada segtiga tadi diganti oleh epitel endoderm, sehingga akhirnya seluruh permukaan dalam kandung kemih dilapisi oleh epitel yang berasal dari endoderm.
e.       Uretra
Epitel uretra wanita dan pria berasal dari endoderm, sedangkan jaringan penyambung dan jaringan otot polos disekitarnya berasal dari mesoderm splangnik. Pada akhir bulan ke-3, epitel uretra pars prostatika muali berpriloferasi dan sejumlah tonjol keluar yang menembus mesenkim di sekitarnya. Pada pria, tunas-tunas ini membentuk kelenjar prostat. Pada wanita, bagian cranial uretra membentuk kelenjar uretra dan kelenjar parauretra.

C.    Sistem Genitalis
Sistem genitalis terdiri atas gonad atau gonad primitif, duktus genitalis, dan genetalia eksterna. Ketiga unsure ini melewati suatu tahap indiferen yang memungkinkan mereka berkembang kea rah wanita atau pria. Kromosom Y adalah penetu testisdan menyebabkan berkembangnyakorda medulla (testis), terbentuknya tunika albuginea, dan korda korteks (ovarium) gagal berkembang. Bila tidak ada kromosom Y, pembentukan ovarium akan terangsang disertai dengan perkembangan korda korteksnya yang khas, hilangnya korda medulla (testis), dan gagalnya tunika albuginea untuk berkembang. Apabila sel-sel benih primordial gagal mencapai gonad indeferren, gonad tersebut akan tetap indeferen atau hilang.
Sistem duktus indeferen dan genetalia eksterna berkembang dibawah pengaruh hormone. Testosterone yang dihasilkan oleh testis merangsang perkembangan duktus mesonefros (vas deferens-epididimis), sambil substansi penghambat mülleri (SPM) menekan duktus paramesonefros (sistem saluran wanita). Dihidrotestosteron meransang perkembangan genetalia eksterna, penis, skrotum, dan prostat. Estrogen mempengaruhi perkembangan sistem paramesonefros wanita, termasuk tba uretina, rahim dan bagian atas vagina. Hormon ini juga merangsang genetalia eksterna, termasuk klitoris, labia, dan bagian bawah vagina. Kesalahan-kesalahan produksi dan sensitivitas terhadap hormon testis menyebabkan menonjolnya cirri-ciri wanita di bawah pengaruh esterogen ibu dan esterogen plasenta.

No comments:

Post a Comment